Sabtu, 21 September 2013

Link Ff MY HUSBAND IS COLD,I WANT A BABY AND NEW FF,because i like you

aku cuma mau bagi link ff yang udah ku post..aku lagi malas ngepost di blog ini jadi aku bagi linknya aza..ini linknya..INI KUPOST DI BLOG KU JUGA YAH.jadi jangan heran kalau diblog itu banyak FF YANG SAMA AMA YANG DISINI..JANGAN LUPA KOMENT LOH YAH

 MY HUSBAND IS COLD PART 5

MY HUSBAND IS COLD PART 6

MY HUSBAND IS COLD PART 7

I WANT A BABY

I WANT A BABY PART 3A

New FF

T.T.M

BECAUSE I LIKE YOU

BECAUSE I LIKE YOU PART 1

BECAUSE I LIKE YOU PART 2

BECAUSE I LIKE YOU PART 3

Sabtu, 14 September 2013

[ff chapter] my husband is cold part 4

Aku masuk kedalam rumahku dan kudapati suamiku sudah pulang dan…
“eo wasseo?kukira masih dikantor”dia menatapku tajam
 ”wae?”tatapku heran dia langsung masuk kedalam kamar dengan muka yang sepertinya marah ntah kenapa
“kau marah padaku?”tanyaku dia cuma diam sambil mengambil jaketnya
“donghaessi”panggilku dia tetap diam lalu berjalan menjauhiku
“donghaessi”
 ”kau melarangku dan…ani lupakan”dia langsung pergi aku heran sendiri
Aku menunggunya pulang sampai tertidur.aku terbangun dan ini jam 4pagi
“eo,iki mwonde?kenapa ada ini?bukannya?”aku langsung menuju kamarku dan kudapati dia sudah pulang dan tidur “syukurlah kalau dia pulang”
“byun baek hyun,kwon ji young,choi jong hoon,nugu?”aku menatap suamiku
“siapa mereka?”tanyanya dengan nada kesal dan penasaran
“teman,waeyo?” dari mana dia mendapatkan nama-nama itu?
 ”keurae?”
 ”eo,mereka temanku,keundae..”dia menatapku
“dari mana kau mendapatkan nama mereka?”
 ”sungmin yang bilang”
 ”sungminie?untuk apa dia bilang itu padamu?”
 ”tanyakan saja pada adikmu kenapa dia memberitahu nama-nama itu padaku”aku menatapnya heran
“keundae..kau tidak bohong padaku?bukannya kau bilang jong hoon pacarmu??”aku terdiam menatapnya
Aku duduk disofa depan tv sambil menonton tv dan tak lama ada bel berbunyi
“de,nuguseyo”aku melihat intercom dan ternyata jong hoon
 ”hoon-ah”
 ”rin-ah”tatapnya sendu
“waegurae?”
“eo sudah pulang?”kagetku ketika melihat suamiku sudah ada dirumah
“darimana saja?”
“eo,mianhae tadi aku lupa bilang kalau aku keluar jalan bersama temanku
“cepat ganti bajumu kita ada acara makan malam bersama klienku”
 ”de”turutku
Aku cuma berada didekatnya sambil tersenyum pada kliennya dan dia sesekali mengenalkanku pada kliennya
“anda beruntung sungrinssi mempunyai suami seperti donghae,dia baik,ramah dan bijaksana”
 ”anda terlalu memuji tuan park”
 ”kau juga beruntung donghaessi,mempunyai istri secantik dia,dan kudengar sungrin juga seorang pengusaha benarkan?”aku cuma teRsenyum tipis suamiku menatapku
“loh,dia bukannya mengurus kafe milik ommanya,kau tidak tau?”
 ”eo,iya aku pernah dengar keundae setelah kami menikah dia tidak mengurus itu lagi”
“wah benarkah?padahal kafenya berkembang dan kudengar sudah membuka cabang dibusan” “a..itu,kafe itu sekarang diurus kakak sepupuku dan kakak iparku,aku dilarang mengurus itu sekarang”
 ”a,keurae?lalu kerjaanmu sekarang apa?”
 ”omma memintaku untuk mengurus butik yang dibelinya”
 ”jadi kau mengurus butik?”
“anio,aku cuma disuruh mendesign ulang butik itu”
“ah iya,kudengar kau orang yang penuh dengan ide kreatif,kau beruntung memilikinya donghaessi” “anda terlalu memuji tuan park”
 ”eo rin-ah”
 ”eo oppa,orremane”
“kau mengenalnya sungrinssi?”
“de”
 ”jiyoungssi kau sudah mengenalnya?”
“de,kami saling mengenal,dia”
 ”a,dia suamiku oppa,kenalkan”
“kalian saling mengenal?”
“eum,dia temanku,dia sering kekafe omma,dari situ kami berteman”
Kurasakan perbedaan dari suamiku dia seperti overprotectiv padaku dia selalu menanyakanku dimana dan apa yang kulakukan beda sebelum dia mengetahui nama tiga orang itu
“eo,ada pesan,nugu?baek hyun?haha tumben”aku membaca pesan itu
“mwohae?”
 ”eo mengagetkanku,wasseo?onje wasseo?”
 ”pesan dari siapa?”
 ”eum itu..”
 ”kemarikan”
“siapa baekhyun?”
 ”temanku waktu sma”
 ”teman?bukannya dia mantan pacarmu?”aku menatap suamiku darimana dia tau?ah pasti adik dan kakakku
“de,dia mantanku”
 ”untuk apa dia menghubungimu?”
“nado molla,mungkin menanyakan kabar”
“kau membalas pesan darinya?”
 ”sedikit”
 ”jangan dibalas lagi”
“de”jawabku
Baru aku mengangkat telponku suara orang disebrang sana sudah berteriak
“yak byun baek hyun”omelku
“hehe,mian,sibuk?kenapa tidak membalas pesanku?”
“eo,aku sibuk,sangat,aku sedang memasak makan malam jadi”
“yeobseyo?nuguseyo?”aku menatap suamiku yang merebut handphoneku
 ”nan?suaminya,ddo nugu?jangan ganggu istriku lagi,dia sudah menikah”aku menatapnya heran “kau masih berhubungan dengannya?”
 ”sesekali,dia yang menghubungiku,”
 ”jangan menerima telpon darinya lagi”
“keundae aku dan dia cuma berteman,dan aku sudah tidak mempunyai perasaan apapun padanya” “banyak sekali mantan pacarmu,choi jong hoon,keurigo keunamja byun baek hyun,siapa lagi nanti” “kau cemburu?mereka cuma masalaluku dan aku sudah punya masa depanku”aku pergi karna tidak ingin berdebat dengannya
“eo hoon-ah”sahutku ketika jonghoon menelponku
Aku jalan keluar bersama jonghoon karna dia menghubungiku dan dia bilang ada urusan denganku. “tenanglah kurasa dia bukan yang terbaik bagimu,tuhan sudah membuka kedoknya kan?cari yang lain saja,mana choi jong hoon yang dulu kukenal?”
 ”hah,benar juga,keundae rin-ah”
 ”hwaiting hoon-ah”jonghoon cuma tersenyum tipis lama kami terdiam lalu dia mulai berbicara “suamimu,seorang pengusaha yang sukses,kalian pacaran?”
 ”ani,aku dijodohkan”
 ”mwo?kenapa bisa?”
 ”bisa saja,mengingat orangtuaku yang..”
“ah..iya..kau tidak punya pacar?”
“aku sudah putus dan..”aku terdiam ketika pandanganku melihat seseorang yang kukenal dan diapun menatapku
 ”aku lapar,khaja kita makan”tarik jong hoon sepertinya dia tidak mengikuti arah pandanganku “eo,baiklah,ayo”jawabku sakit rasanya melihat dia jalan dengan wanita lain.tapi segera kutepis perasaan itu.
“dari mana saja?kenapa tidak menghubungiku?”
 ”maafkan aku,handphoneku tertinggal dirumah,aku..kurasa kau tau aku tadi kemana..”
 ”kau lupa dengan statusmu?”
“lalu bagaimana denganmu?kau juga lupa dong haessi?kau jalan dengan wanita itu padahal jelas-jelas kau sudah menikah,aku selalu ingat dengan statusku yang sudah menikah tapi sepertinya suamiku tidak”
 ”kalau kau tau kenapa kau jalan dengan choi jong hoon?kau selingkuh?”
 ”mwo?lalu kenapa kau jalan dengan wanita itu?selingkuh?ani sepertinya aku orang ketiga diantara kalian,kau bohong waktu awal perjodohan itu,kkeureutchi,kau sudah mempunyai seorang pacar dan kau merahasiakannya dari kami semua”
 ”JANGAN MENUDUH SEMBARANGAN”
 ”LALU SIAPA PEREMPUAN ITU DONG HAESSI??selingkuhanmu?”airmatakupun tak sanggup kubendung
“apa aku bukan istri yang baik?kurang memuaskanmu?tidak cantik?tidak perhatian?maafkan aku kalau semuanya itu benar,tsk kurasa itu benar karna aku kurang memuaskan dan..”
 ”CUKUP”triaknya
 ”aku kurang memuaskan diranjang,benarkan,mianhae.keundae bisakah kau bilang padaku biar aku bisa memuaskanmu,jangan hanya diam saja,kau tau karna setelah malam pertama kita kau tidak menyentuhku lagi pikiranku kalut dan berpikir macam-macam dan berpikir kau tidak puas denganku,aku tidak memuaskanmu,dan tubuhku yang..”
 ”geumanhae”
“sekarang aku tau,mungkin karna itu kau..dia..”
 ”GEUMAN,AKU TIDAK SELINGKUH dan..argh..”dia mengacak-acak rambutnya
Aku tidur membelakanginya mataku sembab karna menangis dari tadi aku mengambil handphoneku yang bergetar “yeobseyo”sahutku “rin-ah,nande jonghoon”
 ”eo,hoon-ah wae?”kurasakan pergerakan kasurku karna olah seseorang dan itu suamiku
“ani cuma ingin bilang,gomawoyo”
 ”untuk?”
 ”menemaniku”
“cari wanita lain,kurasa dengan kemampuanmu kau bisa cepat melupakannya dan menemukan pengantinya”
 ”meskipun sedikit susah,tapi kau benar,gomawoyo,kau memang mantanku yang paling baik,hah beda dari mantan-mantanku yang memusuhiku”
 ”tsk,siapa dulu dong..”ucapku
 ”ddo mwohae?belum tidur?kenapa suaramu begitu?”
“kau masih menerima telpon dari lelaki lain saat bersama suamimu?bahkan saat suamimu berada disampingmu?bwa siapa yang..”
 ”hoon-ah sudah dulu,eo,aku akan menghubungimu nanti,gunno”aku memotong pembicaraan suamiku dan langsung mematikan handphoneku
“kau akan menghubunginya?lihat”
 ”terserah apa katamu,yang pasti aku tidak akan selingkuh..”ucapku sambil menutupi wajahku diselimut
Aku cuma diam saja saat kami sarapan bersama,aku memikirkan kejadian tadi malam “hah”desahku keluar dan kurasakan tatapan heran dari orang didepanku
“yeobseyo”sahutku ketika handphoneku berdering
“kita sedang makan tidak bisakah..”aku menatapnya dan dia juga mendapatkan panggilan ntah dari siapa
“eo eunsuh-ah,iya hari ini,kutunggu ditempat biasa,de”aku menutup panggilan itu lalu melanjutkan makanku dengan malas
“choi eun suh”ucapku sambil menangis
“uljimayo,eum”
 ”appo..”
 ”uljimayo rin-ah,ini masalah kalian berdua selesaikanlah,bicarakan baik-baik,kau belum mendengarkan penjelasannyakan?kau terlalu emosi dan menuduhnya rin-ah”
 ”keundae dia jalan dengan wanita itu”
 ”kenapa kau tidak melarangnya? dan menghampirinya?kau belum bertanya padanya,tanyakan dulu padanya eo,bicarakan baik-baik,tanyakan baik-baik jangan menuduhnya bisa saja wanita itu temannya atau relasinya” aku menunduk dan membenarkan kata-kata eunsuh
“mbem,eo ada makhluk ini,kenapa matamu dan kenapa kau?”tatapnya padaku yang daritadi cuma merebahkan kepalaku dimeja dan menengok kekiri kebiasaanku kalau sedang memikirkan masalah rumit percintaan
 ”ddo mwohae?mata bengkak,kau bertengkar dengan eunsuh?”
 ”kenapa bawa bawa namaku?kami tidak bertengkar”
 ”lalu?dengan hae hyungkah?”
 ”diamlah oppa”
 ”hyung nande,mau makan siang bersama?istrimu ada disini hyung,sepertinya dia habis menangis matanya bengkak dan sembab”
“yak cho kyuhyun”triakku kesal
“eo,baiklah oke kutunggu,akan kukirimkan alamatnya”
“aku mau pulang”ucapku tapi sialnya bodyguard kyuhyun menghalangiku
 ”oppa”
 ”tahan dia sampai hae hyung datang”
 ”yak han sung rin”triaknya ketika aku berhasil lolos
“oon,coba kau ambil tasnya dia tidak akan bisa pergi,oon”sayup sayup kudengar suara eunsuh bicara “yak mwohae?ambil tasnya”
 ”keundae tuan”aku terus berjalan mengindar dan sialnya dia bisa menyusulku dan mendapatkan tasku “kembalikan oppa,jebalyo”
 ”shireo”
“oppa”renggekku
 ”tasmu kusita sampai hae hyung datang
“silahkan bawa saja,wee”
 ”yak han sungrin,aish”aku terus berjalan tanpa tentu arah
 ”nona”
“minggir”
“keundae tuan dan nona eunsuh”aku terus berjalan tiba-tiba ada orang yang tidak ingin kutemui “minggir”
“shireo”
“kubilang minggir”
 ”kemana saja kau selama ini”
 ”bukan urusanmu”
 ”nona kembalilah”
 ”dia pacarmu?”
“bukan urusanmu”
 ”pergilah aku bilang pergi”triakku
 ”keundae nona,tuan dan nona”
 ”ikut aku”
 ”lepaskan”
“ikut”
 ”nanshireo”
“kau tau aku mencarimu seperti orang gila,aku sangat merindukanmu”
 ”lepaskan tangan nona sungrin”ucap salah satu bodyguard kyuhyun oppa
 ”kalian siapa?ini bukan urusan kalian”
 ”lepaskan nona sungrin” dia tidak menghiraukan perintah bodyguard kyuhyun oppa
 ”kau tau aku merindukanmu dan sangat mencintaimu?”
 ”lepaskan”
 ”kenapa kau tidak menerimaku hah?kita menikah,eo”aku cuma diam dan dia tetap memohon padaku
 ”lepaskan yak han sungrin”aku menutup mataku dan bodyguard kyuhyun oppa sudah bertindak “nona khaja”
“yak kalian”orang itu mau membalas pukulan itu tapi tidak jadi karna kalah cepat dari bodyguard kyuhyun oppa
“tsk sudah beruntung aku mau menikahimu,kau tau tetangga ditoko juga sudah merestui kita,wae?aku mencintaimu rin-ah”triaknya
 ”bekap mulutnya” perintah orang disampingku
 ”memang orangtuaku harus kutaruh dimana?apa orang tuaku merestui kita?apa kau tidak,aish” “ommamu menyetujuinya”
 ”omma?tsk dia omma angkatku,jangan memaksakan kehendakmu,kau tau pernikahan tidak bisa dipaksakan” “tahan dia,khaja nona”ajak bodyguard yang ada disampingku aku mengikutinya berjalan “apa kyuhyun oppa tau?”tatapku
 ”sedikit,dia tau kalau anda dicegat seseorang”
 ”oppa,tolong rahasiakan ini dari dia dan suamiku”
“de,nona,keundae boleh aku tanya sesuatu?”
“de”
 ”siapa dia?mantan pacar nona?”
 ”ani,bukan dia orang yang memaksaku untukku menerimanya,menikah dengannya dan bahkan dia bilang dan mengaku ditempat kerjaku dulu pacarku
“apa tuan dong hae tau?”
 ”aku tidak cerita padanya”
“dia sering menganggu anda?”
 ”de,tapi setelah aku menikah dan menganti no ku dia tidak menghubungiku lagi” “keundae,bukannya anda bekerja dulu menyamar?kenapa dia bisa tau wujud asli nona?”aku menatap orang disampingku
“ntah darimana dia berhasil menemukan fbku,dan hah,dia tau wajahku”
 ”fb nona?bukannya..”
“aku berteman dengan salah satu tetangga disana difb,dan mungkin darisana dia menemukan foto-fotoku”
 ”teman-teman kafe nona?bìsa jadi” aku menatap bodyguard
“bisa jadi,keundae mereka tidak terlalu suka dengan orang itu dan tidak memberikan fb mereka padanya,mereka cuma berteman begitu”
“anda harus berhati-hati nona karna orang tadi dan seperti tadi bisa membahayakan anda” “gomawo oppa”
 ”apa yang terjadi?”tatap kyuhyun oppa
“tidak terjadi apa-apa kok,benarkan oppa?”kyuhyun oppa nampak tidak percaya
 ”gomawo oppa”tundukku padanya
“itu bukan apa-apa nona”
 ”kembalikan tasku”
 ”shireo”
 ”kembalikan oppa”
 ”hyung,kembalilah sungrin sudah kembali”
 ”aku mau pulang”
 ”kau tau suamimu dan eunsuh”
“rin-ah”
 ”eunsuh-ah”
 ”gwaenchana?”tatapnya khawatir
“eo nan gwaenchana”
“oon bilang ddo”
 ”bodyguard kyuhyun menolongku,aku tidak apa-apa”jawabku sambil tersenyum
“kyuhyun-ah,ottokhae?”kulihat orang yang baru datang wajahnya mensyiratkan kekhawatiran dasinya yang dibukanya dan jasnya yang tidak dikancingnya beda dari penampilan rapi biasanya “eo,istrimu sudah ada disini”
 ”ada apa?apa ada yang menganggunya?kyuhyun bilang tadi?” tsk dia tidak menanyakanku secara langsung tapi langsung bertanya pada bodyguard kyuhyun
 ”nona tidak ada apa-apa tuan,tadi beliau cuma diganggu dan anak buahku sudah membereskannya tuan”
“khaja kita makan siang bersama”ajak eunsuh
 ”aku ingin pulang eunsuh-ah,aku lelah”
“kupegang tasmu”ucap kyuhyun oppa sambil menatapku tajam
“kenapa kau tidak akan pergi tanpa tasmu rin-ah?”
 ”ddo ppabo?didalam tasnya ada handphone,kunci rumah,kunci mobil,uang cash,kartu kredit,dia tidak akan meninggalkan itu”
 ”aku bisa,kata siapa aku tidak bisa?”tatapku pada mereka berdua
“kataku”jawab eunsuh
 ”kataku juga”jawab kyuhyun
 ”aku pulang dulu pamitku pada mereka bertiga aku menunduk pada suamiku lalu pergi dari hadapan mereka
“benar-benar sedang bertengkar rupanya “
Aku masuk kedalam kamarku dan memikirkan kata-kata eunsuh dan perbuatanku kemarin,iya aku keterlaluan menuduh dia selingkuh dan tidak menanyakan secara langsung kepadanya rasa penyesalan dan bersalahpun datang didiriku
“aku harus minta maaf”ucapku pasti
Aku menyiapkan makan malam untuk suamiku dan menunggunya dimeja makan tapi sampai sekarang dia belum datang aku menutup masakanku dengan tudung makanan dan tetap menunggu kedatangan suamiku dimeja makan kulihat jam dinding jam sudah menunjukkan hampir tengah malam aku mengambil handphoneku dan mencoba menghubunginya tapi sialnya batraiku habis total dan aku tidak hapal no handphonenya
“huft kutunggu lagi saja,mungkin sebentar lagi dia pulang”
“eo”kagetku ketika aku berada bukan ditempat terakhir aku tertidur aku melihat jam dinding dikamar jam 7pagi
 ”astaga aku kesiangan”kurasakan seseorang memeluk pingangku aku menengok dan itu suamiku “jam berapa dia datang?”aku menyingkirkan tangannya dan berjalan keluar menuju dapur “eo,kemana perginya makanan tadi malam?”kagetku ketika kulihat meja makan sudah bersih dan tempat cucian yang sudah bersih,aku melihat tempat sampah juga kosong tapi..
 ”eo..itu..”
Aku cuma diam sambil memakan sarapanku begitu juga dengan suamiku dia makan dalan diam “donghaessi”panggilku pelan
 ”kau marah padaku?sampai-sampai semua makananku kau buang kebak sampah”tundukku miris
 iya makanan yang sudah kusiapkan spesial untuknya malah dibuang kesampah padahal tadi malam aku belum makan dan aku menunggunya.
Kulihat sekilas dia menghentikan kegiatan makannya “aku tau kau marah karna kemarin,maafkan aku,aku menuduhmu yang bukan-bukan maafkan aku,dan maaf atas kejadian kemarin aku terlalu emosi dan..”
“dan marah-marah padaku?dan menuduhku selingkuh?padahal..”aku menatapnya
“aku tidak selingkuh,maaf kalau aku keluar bersama jong tanpa ijin darimu,lain kali aku akan ijin denganmu”tundukku
“sudahlah jangan dibahas,aku juga salah,maafkan aku”aku cuma tersenyum padanya “keundae,boleh aku bertanya sesuatu padamu?”
 ”mwoga?masalah makananmu?aku sudah menghabiskannya tadi malam”
“nde?”kagetku
 ”aku kelaparan dan tadi malam aku menghabiskannya”
 ”keundae dibaksampah..”
“a,itu bekas sayurnya ada yang jatuh jadi kubuang”perasaan bersalah kembali bersarang dihatiku “mianhae,aku kembali menuduhmu yang bukan-bukan”
 ”makanlah”suruhnya
 ”aku suka donghaessi yang ceria,ramah,mudah tersenyum,santai,jahil,dan lembut”akuku langsung
“keurae?aku akan melakukannya”
 ”jinjayo?”kagetku
Dia mengangguk dan tersenyum manis “dari mana kau tau aku bisa melakukan itu?”
 ”saat aku keluar dan melihatmu bertemu dengan klienmu,dan saat kita sebelum menikah,keurigo saat kau bersama wanita itu..”dia cuma diam
“boleh aku bertanya sesuatu?”
 ”eo,tanyakanlah”
“keuyeoja nugu?yeojachingu?”
 ”anio,dia temanku,bagaimana bisa aku yang sudah menikah mempunyai yeojachingu”
“keundae dari cerita yang kubaca..”
 ”kau termakan cerita-cerita seperti itu?”aku cuma tersenyum tipis menanggapinya
(Aku keluar sebentar untuk menemui teman)
aku mengirimi suamiku pesan karna aku mau keluar rumah,bagaimanapun seorang istri harus ijin pada suaminya saat dia akan keluar rumah “oppa”panggilku orang itu tersenyum lalu melambai padaku
“iki mwonde?”aku menghentikan kegiatanku mencuci piring lalu menatap suamiku “mwonde?”tatapku sambil menatapnya dan handphoneku “kau selingkuh?kau punya pacar?” “donghaessi,nan”
 ”lalu apa ini?kenapa dia mengirimimu pesan sayang-sayang?”aku menatap handphoneku dan membaca pesan itu
“igot”
“jelaskan padaku kau selingkuh?kau punya PACAR HAN SUNG RIN?SIAPA LELAKI INI DAN KENAPA DIA MEMANGGILMU SAYANG?”
 ”anio,aku tidak tau dia siapa,ani aku tau dia siapa,keundae aku tidak pacaran”
“bicara yang jelas siapa orang ini?kenapa dia memanggilmu sayang dan bilang merindukanmu?” “aku tau orangnya siapa dan aku tidak punya hubungan apa-apa dengannya,sumpah demi tuhan donghaessi”
 ”siapa dia?”tatapnya tajam dan dingin
 ”orang itu”
 ”siapa?”
 ”dia orang didekat kafe tempatku bekerja dulu”tundukku
“dia menyukaiku keundae aku tidak,dia terlalu memaksaku dan aku tidak suka”tundukku
 ”lalu kenapa dia mengaku-ngaku pacarmu?”
 ”aku tidak tau,sejak dulu begitu,sejak tau no handphoneku dia mengaku-ngaku pacarku dan memanggilku dengan sebutan sayang,aku sudah memarahinya tapi tidak kebal”tundukku
“bahkan dia menyebarkan gosip aku pacarnya”
 ”kau menyukainya?”aku mengeleng
“hah”desah suamiku lega
 ”tsk,dia lagi,mwo?cari mati?” aku menatapnya tak lama handphoneku berdering lagi dan dia langsung menerima panggilan itu
 ”nuguseyo?aku bukan sayangmu,siapa yang kau bilang sayang?kau salah sambung,nan?suaminya,jangan mencoba menghubunginya lagi,ddo nugu?onje?mwo?”tatapnya padaku
 ”kau pacaran dengannya”
 ”anio”brak dong hae menghempaskan iphoneku kelantai dan iphoneku rusak
“dong haessi,demi tuhan aku tidak pacaran dengannya,aku cuma kenal dengannya dia yang sangat menyukaiku,dia berbuat begitu karna aku slalu menolaknya,kumohon dengarkan aku”dong hae menatapku tajam dan nampak jelas kemarahan diwajahnya
“kau tidak percaya padaku?padahal aku percaya padamu
“tundukku “kurasa kita masih belum saling percaya satu sama lain”
“nan..mianhae..aku akan menjelaskan semuanya padamu,keundae,tenangkan dirimu,aku tau kau marah,aku juga marah,tapi marah dan marah tidak akan menyelesaikan masalah”
“sayang”
 ”lepas,jangan ganggu aku lagi”
 ”wae?”
 ”aku sudah menikah”
“keotjimal”
 ”tanyakan saja pada pemilik kafe tempatku bekerja”
 ”mana suamimu?”
 ”wae?kumohon jangan mengirimiku pesan lagi,kau tau suamiku salah paham karna itu”
 ”itu baguskan”plak aku menampar pipi orang itu
“sejak awal aku tidak suka denganmu dan benar saja,ternyata sikapmu begini,kau cuma bermain-main denganku”
 ”aku tidak bermain-main”
 ”cukup”triakku
“aku sudah menikah dan mempunyai suami,ingat itu,jangan ganggu aku lagi”aku pergi dari hadapannya
 ”rin-ah”
 ”lepaskan tanganku”berontakku
 ”nan”
 ”lepaskan”ucapku sambil memberontak
“rin-ah”panggil seseorang
 ”oppa”panggilku sambil memohon bantuan padanya
 ”lepaskan dia”ucapnya
 ”ddo nugu?”
 ”lepas”ucapku sambil melepaskan tanganku dari genggamannya lalu berlari menuju orang itu
 ”dia suamiku”ucapku sambil mengandeng tangannya
tbc…
ayo tebak siapa lelaki itu..ada yang bisa nebak??
jangan lupa koment yah..

Kamis, 12 September 2013

[pic] super junior super show 5 with female backdancer







ini foto udah lama di PC..nemu di twitter ama fb..lupa ama creditnya dari mana..
mungkin CR nya dari www.sup3rjunior.com
dan ini juga lupa ss5 apa kapan dan dimana..karna aku belum ubek-ubek foto mereka yang super show 5..hehehe

Rabu, 11 September 2013

[FF CHAPTER] my husband is cold part 3



"a..kenalkan ini suamiku, donghaessi kenalkan ini jonghoon,temanku"
 "donghaessi?"tatapnya tak percaya kulihat suamiku berkenalan dengan temanku
"wah,kau tidak mengundangku rin-ah keacara pernikahanmu"
"aku sudah mengirimkannya tapi sepertinya tidak sampai ketanganmu?"
"aku belum mencek surat-surat dirumah,aku baru pulang dari jepang rin-ah,ngomong-ngomong kau semakin cantik saja,lebih cantik dari dulu saat kita bersama,kau beruntung donghaessi mendapatkannya" aku cuma tersenyum tipis
 "ayo kita pergi,maaf tapi kami harus pergi"
 "de,silahkan,rin-ah kau berhutang banyak cerita padaku,aku akan menghubungimu nanti" "eo,baiklah kalau begitu aku pergi dulu"
"de.hati-hati,chukhae atas pernikahan kalian"
 "gomawo"
 "siapa lelaki tadi?"tanyanya ketika kami sudah duduk disebuah meja besar dan sedang menunggu kliennya
 "chingu"
 "sepertinya lebih mengingat kata-katanya tadi yang pernah bilang 'bersamaku' " aku menatapnya heran dia cuma meminum air putih didepannya dengan tergesa dari gaya bicaranya terkesan jutek dan ada rasa cemburu.
"mianhae,sebenarnya orang tadi mantan pacarku" dia terdiam ditempat
"maafkan aku"tundukku
 "untuk apa minta maaf"
 "karna tadi.."
 "tuan lee,eo nyonya lee"sapa seseorang
 "tuan park.."sapa suamiku
 "senang karna bertemu dengan mantan pacarmu?"sindirnya ketika kami tiba dirumah
 "de?"aku menatapnya heran
 "Dia cuma mantanku aku sudah tidak punya perasaan apa-apa dengannya,dan lagi sekarang kami cuma berteman"
"benarkah?"tanyanya tak percaya
 "kau cemburu,donghaessi?" donghae cuma diam
"aku suamimu dan kau istriku"
 "lalu?apa aku tidak boleh dekat dengan teman-teman priaku?"
"kau sudah bersuami sungrin-ssi dan kau harus menjaga sikap"
 "berarti suamiku juga tidak boleh berdekatan dengan wanita lain?"dia terdiam
"rekan kerjaku ada beberapa wanita"
 "dan aku bisa mengerti itu,aku tidak melarangmu untuk mendekati wanita,tapi kumohon jangan cemburu,aku cuma berteman saja tidak dekat dengan lelaki lain"jawabku sambil menutupi tubuhku dengan selimut

Aku makan dalam diam,begitu juga orang didepanku ini
"aku akan ijin padamu kalau bertemu dengan klien wanita"
 "untuk apa?"
"karna kau istriku,keundae.."aku menatapnya
"arra,aku juga akan ijin dan tidak akan menemui teman lelakiku,puas"jawabku sambil beranjak pergi "yak,aku suamimu dan kau tidak boleh bicara jutek begitu"
 "maafkan aku donghaessi"tundukku lalu pergi dari meja makan

Aku cuma diam sambil membenarkan dasi miliknya dia menatapku dalam diam
 "selesai"ucapku lalu beranjak pergi dari hadapannya dia menarikku
"kau marah?"tanyanya
"anio"jawabku
"keundae kau seperti orang yang sedang marah"aku cuma diam
"ddo waegurae?mukamu bete begitu han sung rin"
"aku memulai hariku dengan perdebatan dan itu membuatku bete eunsuh-ah"aduku
"hah,bete-bete,aku benci dengannya eunsuh-ah,benci"
 "nugu?yak angkat kepalamu makanan kita sudah datang"omelnya
"siapa lagi orang yang satu rumah denganku"
 "pembantumu?"
"kau pernah melihat ada pembantu dirumahku?"eunsuh mengeleng “lalu ajhumma park nugu?”
Aku menepuk keningku “aku lupa hehehehe”tawaku
 "jadi kau benci suamimu?bukannya kau bilang mulai menyukainya?"
 "aku benci dengan sikap dinginnya.sangat benci,argh,aku stress,tapi aku tidak bisa lama-lama benci dengannya dan sekarang aku merindukannya argh"
eunsuh tertawa pelan
"kau seperti anak gadis yang belum menikah saja"
"eunsuh-ah bagaimana kalau dia tidak mencintaiku dan cintaku bertepuk sebelah tangan?" "uhuk.."kudengar suara orang dibelakang ku batuk seperti suara yang kukenal tapi tak kupedulikan "kau sudah bilang kau mencintainya?"aku mengeleng pelan
 "aku malu"akuku
"hahaha,lagian mana ada perempuan yang duluan mengucapkannya”
“hahaha kalau kau yang bilang duluan daebak rin-ah,yak kenapa kau kurang semangat begitu?betemu hilang?cepat sekali?cepat habiskan makananmu lalu kita makan eskrim ku traktir,eo,hwaiting rin-ah,semangat" ucap eunsuh
"eunsuh-ah"renggekku
"wae?kenapa kau bersikap begini hah?"
"molla"jawabku yang tidak tau juga kenapa sikapku begini
Aku mengirimi suamiku pesan dan meminta ijin untuk menginap dirumah kakakku dan dia tidak membalasnya
"imo"
 "eum,wae sayang?"
"pulanglah"
"shireo,oppa mengusirku?"
"yak karna pertengkaran sepele begitu kau tidak mau pulang?astaga han sungrin,kenapa kau begitu sensitif hah?mana sungrin dulu yang sabar dan tabah dan tidak memikirkan suamimu mencintaimu apa tidak yang ada dipikiranmu kau hanya menjadi istri yang baik"
"keundae oppa..."

Aku membersihkan rumahku yang sudah beberapa hari kutinggalkan hah tentu aku pulang setelah diberi wanti-wanti oleh kakak dan kakak iparku.dan aku menuruti kata-kata mereka
"percaya,baik dan ramah,menurut,dan meminta maaf terlebih dahulu"kata kata itu yang berputar putar dikepalaku dan membuatku pusing
 "argh kenapa kau jatuh cinta dengannya bagaimana kalau dia,chamkan,dia
suamiku kalau aku jatuh cinta dengan suamiku,tidak apa-apa,dia milikku dan aku punya hak atasnya,hahaha,kenapa aku baru berpikir sekarang yah?dan aku bisa melarangnya menemui wanita lain karna aku istrinya hahaha"tawaku sambil membereskan rumahku
"eo,wasseo,mau langsung mandi?mau kubuatkan susu?"dia menatapku heran
"maafkan aku tentang kejadian kemarin,keurigo maaf karna terlalu lama pergi dari rumah"tundukku "aku lapar,buatkanku makanan"
 "kau tidak memaafkanku?"
"kau sudah dirumah,itu membuatku lega"ucapnya pelan
 "de?"
 "kalau aku tidak memaafkanmu aku sudah menyuruhmu pergi dari rumah ini"ucapnya aku cuma diam saja
"kau sudah menyiapkan air hangat untukku kan?"
"eo,de,aku sudah menyiapkan air hangat untukmu,mandilah aku akan menyiapkan makanan"
"nuguseyo?sorry aku tidak mengenalmu"
 "keundae aku mengenalmu,kau istrinya lee dong hae kan?"aku menatap gadis cantik didepanku "nuguseyo??kau mengenalnya?"
"aku teman suamimu,mungkin kau lupa karna waktu kau menikah aku cuma menyapa suamimu,kau sedang asyik dengan temanmu"aku cuma tersenyum tipis
 "maaf tapi aku benar tidak mengenalmu"
"aku seo eun so,teman suamimu,ani kami pernah punya sebuah hubungan"panas iya wanita ini ingin mencari mati didepanku? Aku menatap wanita ini untuk mendengar apa maksud dia menyapaku.
"eo nyonya"sapa seketaris donghae aku cuma tersenyum dia terkejut dengan kedatangan eunseo bersamaku
"perlu buktikan?tolong bilang pada donghae aku disini"
 "jangan bilang aku ada disini"ucapku seketarisnya bingung tapi langsung mengikuti permintaan kami
aku duduk diruangan ini sambil terus memperhatikan wanita itu tak lama pintu terbuka dan suamiku masuk dia sepertinya tidak menyadari kehadiranku diruangan yang luas ini.
"wae?aku sibuk"ucapnya sambil memeluk wanita itu.wanita itu menatapku penuh kemenangan.
"anio,aku ingin mengajakmu makan siang,otthae?ajak istrimu"
"dia sibuk,asyik dengan teman-temannya"
 "benarkah?"
 "bagaimana kalau kita berdua saja kurasa.."
"otthae sungrinssi?"tanya eunseo wanita itu
 "aku akan pulang,silahkan dilanjutkan maaf menganggu" dong hae menatapku ntah apa arti tatapannya
"permisi"
"kau akan pergi begitu saja tanpa meminta penjelasan dari suamimu?"tanya eunseo
"aku cuma istrinya dan aku baru ani masuk dikehidupannya dalam beberapa bulan ini,bahkan aku tidak terlalu mengenal teman-temannya,dan..permisi"ucapku sambil pergi karna hatiku sudah sakit "kau tidak menjelaskan pada istriku kalau kau sudah punya pacar dan pacarmu sahabatku eunseo-a?astaga kau ini"
"jelaskan padanya itu dia dilift"ucap sebuah suara aku merutuki kenapa lift disini lama sekali terbuka "kau tidak akan pergi dari rumah lagi kan?"tanyanya
"jelaskan sana pangeran,kalian perlu waktu berdua,berterimakasihlah padaku karna dengan ini kalian akan dekat"
"mwo?kau membuatkanku masalah,kha,temui pacarmu sana,bicara denganku"
 "aku tidak akan pergi,kkeokjeongma"ucapku sambil masuk kedalam lift
 "yak ini karnamu,aish jinjja" aku menekan tombol turun dan dong hae menghalangi pintu lift
"seo eun seo,jelaskan padanya"
 "shireo,jelaskan sendiri"
 "yak"
 "mianhae sungrinssi,aku teman donghae pacar sahabatnya donghae dan hubungan kami..yang kubilang tadi ada sebagian yang kukarang tapi"
 "diam,kau bilang apa?"omel dong hae
 "permisi aku harus pulang"
 "keundae ddo"
 "nan gwaenchana"jawabku sambil tersenyum tipis
 "antar pulang hae-ya muka istrimu pucat"
"anio gwaenchanayo"jawabku jujur kepalaku sekarang pusing tentang wanita ini wanita kemarin yang kudapati makan bersamanya dua kali dan pernyataan wanita ini yang dia bilang benar dan yang tidak.
Aku menekan tombol lift dan dong hae masuk kedalam lift jujur keadaan kami sekarang seperti orang lain bukan seperti suami istri.
"apa yang dibilang eunseo padamu?"
 "ntahlah"jawabku
 "aku dan dia tidak ada hubungan apa-apa,percaya padaku,dia pacar sahabatku dan aku tidak tau apa yang dia bilang tapi percaya padaku kami teman biasa dan tidak punya hubungan serius"aku cuma diam
 "kau sudah punya pacar donghaessi?" tanyaku kurasakan dia menatapku
"apa maksudmu?bagaimana.."
 "aku pernah melihatmu makan dengan seorang wanita cantik,apa dia pacarmu?bahkan aku melihatnya dua kali"tatapku
"apa maksudmu?kau melihatku?pacar?tunggu kita sudah.."ting pintu lift terbuka dan kulihat banyak orang yang akan naik ini dari lantai bawah
 "eo hae-ya rin-ah"sapa seseorang dan aku tau dia sahabat suamiku aku menunduk padanya lalu keluar dari lift
 "tunggu jelaskan apa maksudmu?kau menuduhku selingkuh?"
 "aku tidak menuduhmu selingkuh,aku cuma bertanya padamu kau punya pacar?"
 "bagaimana aku bisa punya pacar?aku sudah menikah dan mempunyai istri,mana mungkin aku mempunyai seorang pacar hah?"
 "keurae?syukurlah kalau begitu"jawabku dingin
"kau cemburu?"
"aku istrimu istri mana yang tidak cemburu dengan suaminya bermesraan dan dekat dengan wanita lain bercanda ria dengan wanita lain sedangkan dengan istrinya sendiri dia begitu dingin,aku ingin bertanya sesuatu"tatapku serius
"rin-ah,hae-ya"aku menatap asal suara itu dan itu kakakku
"aku pulang dulu"pamitku pada mereka berdua
 "ddo gwaenchana?mukamu pucat rin-ah"
 "nan gwaenchana,mungkin krn mau sakit makanya begini,aku pulang"pamitku
Pulang dari sana aku menyiapkan makan malam untuk suamiku,tapi tiba-tiba perutku sakit aku meninggalkan kerjaanku yang setengah selesai lalu masuk kekamar,karna kurasakan badanku yang tidak enak dan perutku yang mules.

Aku terbangun ketika kurasakan sesuatu yang dingin dikeningku aku membuka mataku yang sangat berat untuk kubuka
"kau sudah sadar?syukurlah,akan kubuatkan bubur"
 "donghae-ssi,biar aku membuatkan makan malam untukmu"
 "makan malam?ini sudah pagi,tunggu disini,kubuatkan sarapan untukmu"
"pagi?"aku menatap jendela dan benar hari sudah terang kulihat jam dinding pukul 9pagi.selama itukah aku tidur?
"ommonim tadi kemari dan membuatkan bubur untukmu,setelah makan bubur minum obat dan istirahat,aku sudah menelpon omma supaya kemari dan menemanimu"
"nan gwaenchana"
"gwaenchana?suhu tubuhmu sangat panas dan kau pingsan,kau bilang itu baik-baik saja?"ucapnya dengan nada sedikit marah
"mianhae"jawabku lemah
"nan gwaenchanayo donghaessi"dia cuma diam dan terus memeriksa suhu tubuhku
“aku akan mengambil bubur buatan ommonim,kau tunggu disini”ucapnya sambil berlalu pergi
"aku bisa sendiri"dia menepis tanganku dan malah menyuapiku bubur itu.
Kuperhatikan dia disini sambil memeriksa data-data "kau tidak berangkat bekerja donghaessi?"dia cuma diam sambil terus membalik-balik kertas itu "tidak bisakah kau memanggil suamimu dengan sebutan oppa?atau yeobo?"aku menunduk "mianhae,oppa,merepotkanmu"tundukku dia terdiam lalu menatapku "gwaenchana..istirahatlah,eum"ucapnya lembut.
aku terbangun ketika kurasakan seseorang mengelus rambutku "donghae-ssi"
"oppa.seperti kau memanggilku tadi,eum"ucapnya lembut sambil tersenyum manis dan itu membuatku jatuh cinta padanya dia memeriksa suhu tubuhku
"panasmu sudah turun,syukurlah"aku terus menatapnya dia balik menatapku lembut beda dari tatapan biasanya yang terkadang dingin seperti sikapnya.dia mendekatkan wajahnya kewajahku dan aku kaget dengan apa yang dilakukannya
"donghaessi"panggilku
 "oppa,bukannya tadi kau bilang itu tadi?"aku bisa mendengar detak jantungnya yang tidak beraturan aku berpikir mungkin karna perbuatan kami tadi
 "aku lebih suka kau yang lembut seperti tadi"akuku dia cuma diam saja
 "kau kembali dingin padaku?"tatapku tak percaya
 "aish tertidur?"aku memperbaiki selimutnya lalu menatapnya
 "kau tau,aku menyukaimu,dan aku cemburu ketika melihatmu sangat akrab dengan wanita lain sedangkan denganku kau sangat dingin dan terkadang biasa saja,tidak bisakah hah,mwoya kenapa aku bicara begini?hah de selesaikan saja,aku istrimu dan kuharap kau bisa dekat dan baik padaku dan tidak dingin lagi padaku,bersikap lembut seperti aku bangun tadi dan perhatian padaku?keundae aku senang kalau kau bersikap biasa saja padaku,gomawo karna sudah menjadi suamiku,aku senang hidup denganmu meskipun terkadang sakit karna sikap dinginmu.."

Aku membuat sarapan ani makan siang kami dan tak lama kudengar suara pintu kamarku terbuka dan tertutup lagi "sudah bangun?duduklah aku sudah menyiapkan sarapan ani makan siang kita"tundukku malu
"gomawo"ucapnya sambil tersenyum
"kau mau berangkat kerja?"
"de,aku punya janji setelah makan siang,kau dirumah saja,istirahat saja,aku tidak ingin kau sakit lagi" "de"turutku
"noona"
 "imo,samcheon" dua buah suara yang sangat kukenal terdengar dan itu suara keponakanku dan adikku
 "imo"
 "eo minha-ya"
 "eo hyung masih dirumah?tidak berangkat kerja?ini sudah siang"
 "anio,belum,kalian sudah makan?ayo makan"
"ada apa kemari?"tatapku
 "aku disuruh kemari untuk menemani noona oleh omma,omma tidak bisa kemari karna sibuk dan omma lee juga sibuk,jadi aku kemari bersama ,benarkan -ah?"
 "eum"angguknya
 "pelan-pelan sayang,ayamnya tidak ada yang menghabiskan juga"
"ini enak imo"aku cuma tersenyum

Aku memperbaiki dasi suamiku dan memberikan jas miliknya
 "istirahat saja,aku akan cepat pulang,cup"tiba-tiba dia mengecupku dan aku kaget
"aku berangkat,min-ah tolong jaga rumah"
 "de hyung,kkeokjeongma"
"wae noona?oddie appo?perlu kupanggilkan hae hyung?"
 "anio min-ah,perutku sedikit mual saja"
"Hah"desahku lega ketika aku sudah mencuci mukaku dan memuntahkan sesuatu yang tidak ada "gwaenchana?"tanya suamiku
 "de,mungkin masuk angin karna tadi malam diluar rumah
"istirahat saja dirumah"
 "chogi,boleh hari ini aku keluar?"dia menatapku
 "oddie?"
 "reunian teman-teman SMA ku,mereka mengajakku reunian,kalau kau tidak mengijinkannya tidak apa,aku tidak akan pergi"
"kau ingin pergi?"
"eo,karna ada temanku yang sudah lama tidak kutemui hadir disitu"
 "acaranya lama?"
 "nado molla,keundae aku janji aku akan pulang sebelum jam 9malam"
 "kau bukan anak kecil lagi,pergilah batas waktumu sampai jam 11 dan paling telat jam 12,telpon aku kalau kau pulang telat"pesannya
"de,gomawo oppa"ucapku lalu pergi dari hadapannya
"eo,wae?chamkan aku sedang ganti baju,arrasseo,anio aku sudah tidak dirumah orangtuaku lagi,kau mau menjemputku?oke kukirimkan alamat rumahku,de kutunggu didepan rumahku"jawabku dengan semua pertanyaan temanku
"ahahaha majyeo majyeo waktu itu si sungrin dan baekhyun sedang pacaran kalian ingat tidak?mereka slalu tatap menatap didepan kelas,hahaha"tawa temanku
 "geumanhae"ucapku
 "aigoo sudah berapa lama kita tidak berkumpul begini.terakhir diacara pernikahan sungrin dan itu juga kurang lengkap"
 "eo majyeo"anggukku
 "dipernikahanku kalian harus hadir,wajib awas saja kalau tidak hadir,undangan kalian sudah kusebar dan kau han sung rin bawa suamimu arrachi,aku khusus kesini padahal seminggu lagi aku menikah khusus memaksa kalian harus hadir,mengerti,kutunggu"ucap temanku
 "aku akan membawanya kalau dia tidak sibuk"
"kutunggu"
"jongsuk-ah,aku bisa naik taksi"
"anio,cepat masuk"
"clbk nih"sindir salah satu temanku aku cuma tersenyum tipis
"sook-ah hwaiting,tapi kau harus ingat dia sudah ada yang punya jangan kau ajak dia TTM an lagi" "arrayo"
"sejak tadi kalian berdua dekat sekali"
 "eum mesra lagi"
"hehe maklum kami baru bertemu dia tidak datang dipernikahanku kemarin"
 "mian,aku diluar kota,sebagai permintaan maafku kutraktir es krim"
 "maklum,TTM yang tak terpisahkan" aku tertawa mendengar kata-kata itu
 "hahaha,ingat waktu kita TTman dulu?waktu kita membuat adik kelas kita cemburu?"
 "eo,sangat ingat dan aku ingat wajah kesal dan cemburunya"
"nado,dia langsung mengirimiku pesan sook-ah,hahaha aku ingat"tawaku mengingat masa-masa sMAku
"kau tau waktu itu aku mencintaimu?"aku terdiam lalu mengeleng
"jangan bercanda jongsok-ah"
"aku tidak bercanda,aku benar benar mencintaimu rin-ah dan aku masih memPunyai perasaan padamu"
"aku sudah menikah"
"aku tau,tapi bagaimana?perasaan itu tidak bisa dihapus meskipun aku sudah mempunyai pacar" "kau pasti bisa"
 "gomawo"ucapnya
 "untuk?"
 "untuk semuanya membuat warna dihari-hariku dulu,hah aku tidak menyangka kau sudah menikah" "kau sendiri kapan akan menikah?"
 "aku belum memikirkan sampai kesana,mau jalan-jalan sebentar?"
 "eum.."
"tidak ada penolakkan sebentar saja"
"gomawo.."ucapku sambil turun dari mobil jong suk
"ini rumahmu?wah besar sekali"
 "ini bukan rumahku,tapi rumah suamiku,mau mampir?"
 "anio,aku langsung saja"
"gomawo,hati-hati dijalan"
 "de,masuklah"

Aku masuk kedalam rumahku dan kudapati suamiku sudah pulang dan...

 tbc..
maaf kalau kepanjangan..
maaf kalau jelek ffnya dan ada kata-kata yang salah..
maaf jangan lupa ditinggalin komentnya yah..
maaf kalau judulnya gak nyambung atau aneh..heheheh peace.. ^^v

Selasa, 03 September 2013

[ff Nc 21 Re-post from Korean Nc] Our 1st Night (Between Love, Worries, and Passion)

annyeong..aku kembali..tapi..aku cuma mau ngepost ulang..maaf aku bukan bermaksud ngambil ff orang yah..ini aku post diblogku karna aku suka skali ceritanya.dan aku mau ngasih linknya pada kalian eh blognya tutup jadi yah terpaksa deh aku berinisiatif ngepost diblogku..
aku juga ngepost tanpa ngerubah nama authornya.jadi thor jangan marah yah..
maaf kalau ada yang gak suka aku ngepost ini..dan maaf thor gak ijin ngecopas ini ff..tenang saja namamu tetap menjadi authornya..aku cuma ngepost diblogku  saja^^
ini di post di koreannc pada October 9, 2011 1:22 am
langsung saja..
^^

Our 1st Night (Between Love, Worries, and Passion)
1. Author : Nchu~
2. Judul : Our 1st Night (Between Love, Worries, and Passion)
3. Kategori: NC 17, Yadong, Oneshoot
4. Cast:
- Lee Donghae
- Lee Hyesa
- Donghae and Hyesa’s family
ff ini lahir di tengah keputusasaanku belajar untuk ujian meja. Gara-gara lihat foto Hae lagi pake baju mandi, pikiran jadi melanglang buana. Cerita ini akan sedikit membosankan karena lebih banyak monolog. Jadi, selamat membaca buat yang berminat *bow*
———————————————————————————————
Story
Dengan malas aku membuka pakaian yang sudah menempel di badanku sejak pagi tadi, sebuah gaun pengantin berwana putih yang terkesan mewah dengan sedikit aksen manik dan pita di bagian lehernya. Aku menyalakan shower dan membiarkan air mengalir membasahi setiap inchi tubuhku. Tanpa sadar aku terduduk. Tubuhku terasa begitu lelah setelah menjalani serangkaian proses pemberkatan dan resepsi.
Sedikit tidak percaya, pada akhirnya aku bisa sampai di moment ini. Moment yang kuyakin ditunggu oleh banyak wanita single di luar sana.
Pria yang kunikahi tadi pagi adalah seorang pengusaha muda yang kuakui sangat tampan. Statusnya sebagai pemilik perusahaan besar merupakan nilai tambah tersendiri. Senyumannya adalah salah satu hal yang patut dia banggakan, karena itu membuatnya terlihat sangat mempesona. Tak bisa kubayangkan kalau mulai hari ini aku bisa dengan bangga memperkenalkan pria itu sebagai suamiku.
Beruntung? Entahlah.
Pria itu terkenal dengan image santun dan berwibawa, bukan tipe yang kuharapkan untuk menjadi pendamping hidupku. Aku lebih menyukai pria yang sedikit nakal tapi tentu saja masih dalam koridor yang wajar.
Kami menikah karena dijodohkan. Inilah hal yang membuatku sedikit menyesal telah terlahir dalam keluarga pengusaha. Perjodohan adalah sesuatu yang sulit dihindari. Para pengusaha akan mengupayakan segala hal agar perusahaan mereka semakin besar, dan salah satu caranya adalah menikahkan anak mereka sehingga dua perusahaan bisa bersatu. Appaku adalah satu diantara sekian banyak yang mempraktekkan hal itu. Terkadang aku merasa orang tuaku telah menjualku, meski aku sendiri tak yakin mereka setega itu padaku.
Aku sedang asyik membasuh tubuhku dengan sabun saat kudengar pintu kamar mandi diketuk dengan pelan.
“Hyesa-sshi, kau ada di dalam?” kata seseorang dari balik pintu.
Bisa kutebak pemilik suara itu. Lee Donghae. Suamiku. Di rumah ini hanya ada dua orang pria, appaku dan dia. Appaku tidak mungkin memanggilku dengan sapaan resmi seperti itu. Yah, seperti itulah dia memanggilku sejauh ini. Pantaskah seorang suami memanggil istrinya dengan sapaan seresmi itu? Sungguh pria kaku.
Aku berdiri untuk mematikan keran air agar suaraku bisa terdengar lebih jelas olehnya. “Ne,” jawabku singkat.
Tak ada jawaban lagi darinya. Yang ada hanya suara langkah kaki yang terdengar semakin samar. Sepertinya dia memutuskan untuk membiarkanku lebih lama lagi di dalam sini.
Pesta pernikahan kami sendiri memang belum sepenuhnya berakhir. Saat aku masuk tadi, masih ada cukup banyak tamu undangan yang memenuhi halaman tempat resepsi pernikahan kami digelar. Aku hanya terlalu lelah berbasa-basi, sehingga memutuskan untuk masuk rumah lebih dulu.
Kunyalakan kembali keran air dan membilas busa sabun yang menempel. Tanpa sadar air mataku mengalir. Aku masih ingat bagaimana dulu aku membayangkan sebuah pernikahan. Sesuatu yang melelahkan, tapi menyenangkan dan menggairahkan di lain sisi. Sekarang, aku merasa bahwa yang bisa kudapatkan bersama pria itu hanya rasa lelah dan tertekan. Bahkan untuk membayangkan malam pertama kami nanti, aku tidak berani. Bagaimana hal itu akan terjadi antara dua orang yang sama sekali tidak saling mencintai? Terhitung dengan hari ini, kami baru bertemu tiga kali. Aku merasa dia begitu asing. Bagaimana mungkin aku menyerahkan sesuatu yang begitu berharga dari diriku kepada seseorang seperti dia, meskipun pada kenyataannya dia adalah suamiku.
Kupandangi cermin besar yang ada di dinding dan tampaklah tubuhku yang polos, tak terbalut satu helai benangpun. Bibir ini mungkin akan diciumnya, dada ini mungkin akan diremasnya, leher ini mungkin akan memerah karena dihisap olehnya, dan bagian di bawah sana akan kedatangan benda asing untuk pertama kalinya.
Pikiran-pikiran aneh hinggap di otakku, membuat aku merasa risih sekaligus jijik. Berbagai macam kemungkinan bermunculan dalam imajinasiku dan aku belum siap jika itu harus benar-benar terjadi. Namja itu sama sekali tidak buruk, justru sebaliknya. Aku hanya merasa jarak antara kami masih begitu jauh.
Lalu bagaimana kalau dia memaksa? Dia berhak untuk itu. Tapi aku tidak akan mungkin mengatakan dengan gamblang bahwa aku belum siap. Itu bukan sesuatu yang pantas diucapkan seorang istri pada suaminya.
Seandainya aku punya pengalaman tentang hal ini, mungkin saja perasaanku tidak akan segugup sekarang. Setidaknya aku tahu bagaimana memuaskan pria yang telah menjadikanku istrinya. Kenyataannya aku cuma seorang wanita 24 tahun yang selama hidup terlalu terfokus pada studi dan pekerjaan. Akibatnya yah seperti sekarang, aku nyaris buta tentang seks.
Sewaktu kutanya, rekan kerjaku sempat bilang kalau hal itu akan berjalan secara alami. Tapi itu tidak cukup menenangkanku. Dua hari belakangan, aku stress karena hal ini. Dan malam inilah puncaknya. Ottohkae?
“Hyesa-sshi, kau masih di dalam?” suara itu terdengar lagi. Seketika bulu romaku meremang.
“Ne,” lagi-lagi hanya jawaban itu yang bisa kuberikan.
“Kau sudah terlalu lama di dalam. Kau bisa sakit kalau terlalu lama terkena air. Keluarlah,” ujarnya lembut.
Dia benar. Sepertinya aku memang sudah terlalu lama membiarkan air ini merasuk di pori-poriku. Sejak tadi aku memang merasa sedikit menggigil. Apa itu sebuah bentuk perhatian darinya? Ataukah dia hanya tidak sabar ingin menikmati tubuhku?
Untuk kedua kalinya keran air kumatikan. Kuraih baju mandi yang tergantung di dekat pintu lalu kupakai dengan rapi. Ketika pintu terbuka, kudapati dirinya sedang berdiri masih dengan setelan jas pengantin lengkap, meski sepatunya sudah diganti dengan sendal rumah. Di tangannya ada sebuah handuk tebal.
Tanpa menunggu persetujuanku, dia menggosokkan handuk itu di kepalaku, sepertinya bermaksud mengeringkan rambutku yang memang masih sangat basah. Dia melakukan itu dalam diam, sementara akupun tidak mampu bersuara. Yang kulakukan hanya berdiri patuh sambil menikmati aroma tubuhnya yang tercium sangat jelas mengingat jarak kami yang begitu dekat.
“Aku tidak tahu kau begitu suka berlama-lama di kamar mandi. Tapi mulai sekarang, jangan harap kau bisa melakukannya lagi, apalagi di malam hari seperti ini,” ujarnya tegas.
Apa maksudnya itu? Belum apa-apa dia sudah berniat mengatur pola hidupku? Mengubah kebiasaanku? Apa dia tidak tahu kalau aku seperti ini karena strees dan penyebab stressku adalah dirinya?
“Kebiasaanmu itu tidak baik untuk kesehatan. Menjaga kebersihan diri itu penting, Hyesa-sshi, tapi kalau terlalu berlebihan kau bisa sakit,” katanya lagi yang sukses membuatku merasakan sesuatu yang aneh di dalam hatiku. Tidak, ini tidak mungkin cinta. Tidak mungkin aku jatuh cinta hanya karena kalimatnya barusan. Sadarlah, Hyesa! Dia hanya sedang berkompromi dengan perasaanmu agar bisa menidurimu tanpa perlawanan.
“Sekarang kau gantilah bajumu. Aku juga mau mandi,” katanya lagi.
“Apakah semua tamu sudah pulang?” tanyaku mengalihkan pembicaraan.
“Tentu saja. Ini sudah sangat larut,” ujarnya seraya masuk dan mengunci kamar mandi.
Iseng aku melihat jam kecil yang berada di atas meja di dekat tempat tidurku. Pukul setengah 12 malam. Jadi aku sudah berada di kamar mandi selama hampir dua jam? Aigoo…
Suara air mengalir mulai terdengar. Kupakai kesempatan ini untuk mengenakan pakaian. Dia tidak mungkin mandi sambil mengintipku, kan?
Aku membuka pintu lemari dan begitu terkejut ketika mendapatinya nyaris kosong. Semua pakaianku menghilang entah ke mana. Yang tersisa hanya sepasang baju tidur pria dan sebuah lingerie berwarna pastel yang bahkan akupun ragu pernah memilikinya. Tanpa bisa dikontrol, kakiku kulangkahkan menuju kamar orang tuaku di lantai dua. Kuketuk pintunya dengan sedikit kasar namun tak ada reaksi dari dalam. Tak lama aku baru ingat kalau adik dan kedua orang tuaku sedang menginap di rumah keluarga Donghae. Mereka sengaja meninggalkan aku dan pria itu berdua saja di sini. Tapi aku tak kehabisan akal. Kuambil telpon dan dengan cepat kutekan sederet nomor yang sudah kuhapal di luar kepala. Setelah deringan keempat, barulah telpon diangkat.
“Eomma, appa, kalian ke manakan pakaianku?” teriakku frustasi. Saat ini aku merasa mereka benar-benar menjualku pada pria itu.
“Pakaianmu kami sita untuk sementara. Dan sebagai gantinya, pakailah pakaian yang sudah kami sediakan,” kata eomma jahil.
“MWOYA? Yak! Kalian tega sekali melakukan ini padaku!” keluhku lirih.
“Hyesa, ini aku, ibu mertuamu,” tiba-tiba saja telpon sudah berpindah ke tangan lain. Aish, mereka benar-benar besan yang kompak.
“Ah, ne eommonim.”
“Lakukanlah yang terbaik malam ini dan berikan kami cucu secepatnya,” ujarnya tak kalah jahil dengan ucapan ibuku tadi. Belum sempat aku menjawab, suara lain kembali terdengar. Kali ini suara wanita yang lebih muda. Aku yakin itu adalah suara adikku.
“Eonni, kau pasti gugup kan? Tenang saja, sebelum berangkat ke sini aku sudah membuatkan teh melati untukmu. Minumlah itu agar kau lebih rileks. Aku menaruhnya di meja makan. Hwaiting!”
“Aish, anak ini! Kau mau kubunuh, hah?” teriakku padanya.
KLIK! Dengan semena-mena dia menutup telpon, meninggalkan aku yang berdiri mematung. Dosa apa aku mempunyai orang tua dan dongsaeng seperti mereka?
Dengan langkah gontai aku kembali ke kamarku. Ruangan ini sangat wangi karena diisi oleh mawar hampir di setiap sudut. Bau harum yang menyeruak dari bunga-bunga itu menambah kesan romantis yang ditimbulkan ornament-ormanen entah-apa-itu-namanya yang sengaja dipasang eomma kemarin malam. Ditambah dengan ranjang putih yang juga ditaburi mawar, lengkaplah sudah pemandangan yang sukses membuatku bergidik ngeri.
Bosan menatap kamar ini, kuambil baju laknat yang ada di dalam lemariku lalu kupakai dengan sangat tidak ikhlas. Setidaknya ini masih lebih baik daripada memakai jubah mandi yang basah. Ketika selesai, bersamaan dengan itu juga pintu kamar mandi terbuka. Pria itu keluar dengan bertelanjang dada, hanya sebuah handuk kecil yang menutupi tubuh bagian bawahnya. Aku sedikit tak percaya mengetahui bahwa tubuhnya ternyata sebagus itu. Padat dan berisi, cukup pantas untuk menjadikannya model majalah pria.
Dia menatapku dengan intens. Awalnya dia melirik tubuhku yang semi telanjang ini. Kudapati raut mukanya sedikit berbeda ketika itu terjadi. Tapi tak lama tatapannya beralih ke mataku. Aku ingin balas menatapnya, sangat ingin. Setidaknya untuk menunjukkan bahwa aku bukanlah orang yang bisa diintimidasi semudah yang dia bayangkan. Kenyataannya tatapan itu benar-benar mengintimidasiku. Aku hanya bisa menunduk dan merasakan jantungku berdegup sangat cepat hingga nyaris copot, sementara kakiku lemas membayangkan apa yang akan menimpa diriku beberapa saat lagi.
Kudengar dia berjalan mendekat. Oh Tuhan, sekarangkah saatnya? Aku tidak siap. Tidak bisakah kami hanya tidur saja malam ini tanpa melakukan hal “itu”?
“Menyingkirlah sedikit, aku mau mengambil pakaian tidurku. Orang tuamu menyimpannya di sini, kan?” ujarnya yang entah kenapa membuatku bernapas sedikit lebih lega. Dia memakai pakaian tidurnya bukankah berarti dia belum ingin menyentuhku malam ini? Tidak mungkin kan kami melakukan hal itu kalau dia masih memakai pakaian lengkap? Jadi malam ini aku selamat, begitu?
“Kau ingin melihatku berganti baju?” tanyanya kemudian.
“Mwo?”
“Keluarlah, aku yakin kau tak ingin berada di sini saat aku melepaskan handukku.”
# # #
Entah ini keberuntungan atau tidak, aku tak tahu. Sikapnya tadi seolah dia tak menginginkanku. Itu sedikit menyakitkan. Tapi di sisi lain aku juga senang. Bukankah ini yang memang aku harapkan?
Kutinggalkan dia di kamar, membiarkannya mengganti baju sementara aku berjalan menuju meja makan untuk meminum teh yang dibuatkan adikku tadi. Benar saja, di atas meja sudah tersedia dua cangkir kosong dan sebuah teko yang kuyakini isinya adalah teh melati kesukaanku. Sudah agak dingin mengingat minuman ini memang dibuat beberapa jam yang lalu. Tapi tak apa. Biarpun dingin, teh ini juga terasa nikmat.
Kutuang teh dan mulai menyesapnya sedikit. Pria itu muncul tak lama kemudian. Tanpa berkata apa-apa, dia melakukan hal yang sama denganku. Duduk sambil menikmati teh yang sudah dingin.
“Kenapa kau belum tidur?” aku memberanikan diri untuk bertanya.
“Aku tak bisa tidur.”
“Waeyo?”
“Molla.”
Hening untuk beberapa saat. Suara jarum jam menjadi satu-satunya sumber suara di ruangan ini. Aku ingin berbicara lagi dengannya. Sungguh, keheningan ini membuatku sangat tidak nyaman. Tapi aku tidak tahu harus berkata apa. Sebelumnya kami memang tidak pernah berbicara banyak. Pertemuan pertama ketika kami diperkenalkan, dia hanya berbicara ketika ditanya kesediaannya menikah denganku. Pertemuan kedua ketika kami fitting gaun pengantin, dia hanya berkata bagus ketika ditanya pendapatnya tentang gaunku. Lalu pertemuan ketiga hari ini, yah seperti ini. Kaku.
“Kenapa kau mau menikah denganku?” tanyanya tiba-tiba.
Aku sedikit tersedak mendengar pertanyaan itu. Cukup lama berpikir untuk bisa mengeluarkan jawaban yang aku sendiri tidak yakini.
“Usiaku sudah 24 tahun, karierku baik, orang tuaku terus mendesakku untuk menikah, dan aku tidak memiliki kekasih.”
“Kau yakin hanya karena alasan itu?” Tanyanya memastikan.
“Kau ingin aku menjawab apa? Aku juga tak tahu. Aku hanya merasa kau bisa membahagiakanku,” jawabku sembari meneguk kembali teh di cangkirku.
“Kita bahkan tidak saling kenal dengan baik dan kau sudah bisa berpikir seperti itu?”
“Sejujurnya sebelum kau, orang tuaku sempat mengenalkanku pada beberapa namja lain. Mereka tidak kalah darimu. Hanya saja ada sesuatu yang membuatku tidak yakin untuk menyerahkan masa depanku pada mereka. Lalu kau, entahlah. Aku hanya merasa kau berbeda.”
“Jadi kau menyukaiku?” tanyanya lagi.
Mungkin karena pertanyaannya yang sedikit menyudutkanku, atau karena tatapannya saat mengucapkan hal itu, tiba-tiba saja aku merasa tubuhku memanas. Kuminum tehku sampai tandas untuk membuatku sedikit lebih baik.
“Tidak juga. Aku hanya merasa kau pria baik. Lalu kau, kenapa kau menerima perjodohan ini? Kau masih muda dan tampan, kurasa tidak akan sulit bagimu mencari pendamping sendiri.”
Dia tersenyum tipis dan menenggak habis minumannya sebelum menjawab,”Karena aku memang menginginkanmu sejak dulu.”
Jawaban itu tentu saja mengagetkanku. Dia bilang sejak dulu? Bukankah kami bertemu pertama kali di acara perjodohan itu? Aish, kenapa ini? Tubuhku jadi panas dingin karena ucapannya. Tanpa dikomando aku mengibas-ngibaskan tanganku untuk mendapatkan sedikit udara segar. Keringatku mengalir deras dan aku yakin ini tidak wajar. Apakah sedahsyat itu dampak ucapannya barusan terhadap tubuhku? Itu kan belum tentu sebuah kejujuran. Bisa saja dia hanya bermaksud menggodaku.
Kuperhatikan dia melakukan hal yang sama denganku. Ada apa ini? Kenapa udara di sekitar kami mendadak terasa begitu panas.
“Hyesa-ah, minuman apa yang kita minum ini?” tanyanya. Kali ini tak ada lagi panggilan resmi.
“Hanya teh melati. Kau juga bisa merasakannya kan?”
“Kau yakin tidak ada tambahan lain pada minuman ini?” kali ini dia sudah berdiri dan berjalan mondar-mandir di sekitar meja makan.
Di saat yang sama, aku merasakan bagian-bagian tertentu dari tubuhku menegang. Sedikit kepayahan aku menjawab, “Mollayo. Adikku yang membuat ini sebelum pergi. Kenapa kau bertanya seperti itu?”
“Aku rasa dia mengerjai kita,” ujarnya, terdengar kepayahan sama seperti diriku.
“Mwo?”
“Kau tahu obat perangsang? Sepertinya dia menambahkan itu di tehmu,” jelasnya singkat.
Tidak perlu mencoba terlebih dulu untuk tahu akibat yang bisa ditimbulkan obat perangsang. Aku sudah sering membacanya. Dan tanda-tanda itu sudah kualami sekarang. Tubuhku terasa begitu panas dan di bagian-bagian tertentu aku merasa menginginkan sentuhan.
Dalam hati aku merutuki kebodohanku. Seharusnya aku sudah curiga dari tadi. Adikku tidak mungkin dengan sukarela menyediakan minuman untukku jika bukan untuk tujuan tertentu.
“Menjauhlah kalau kau merasa belum siap. Dengan pakaian menantang seperti itu ditambah efek dari minuman barusan, aku tidak bisa menjamin tidak akan berbuat apa-apa padamu kalau kau tetap ada di hadapanku,” ujar Donghae.
Jadi dia menyadari ketidaksiapanku? Dan dia memahaminya? Hyesa, kau sudah salah sangka pada orang ini.
“Pergilah,” perintahnya dengan raut muka yang tidak bisa kudeskripsikan. Aku tahu seberapa sulit dia untuk tetap mengendalikan diri, karena akupun merasakan hal yang sama.
Sadar akan apa yang bisa saja terjadi padaku, akhirnya kuputuskan untuk kembali ke kamar, menjauhi suamiku yang masih saja sibuk mondar-mandir di sekitar meja makan.
Tapi entah ada apa dengan kakiku, tanpa bisa kukontrol aku malah berbalik dan berjalan mendekatinya. Bahasa sederhananya, aku memutuskan menyerahkan diriku dengan suka rela padanya malam ini juga.
Sesaat dia menatapku heran, namun sedetik kemudian bibirnya sudah mengunci bibirku dengan sempurna. Ada sedikit rasa ingin berontak ketika bibirku dilumat olehnya, tapi tubuhku menikmatinya. 

##### kekekekekeekekeke..bagian NCnya saya cut..karna pasti yang buka blog ini ada yang belum 17tahun..yang mau adegan ncnya silahkan ke blog saya satunya ini linknya..ff-nc-21-re-post-from-korean-nc-our-1st-night-between-love-worries-and-passion/ 
sorry yah..bagi yang mau pwnya kudu ikut aturan dulu dan kudu koment dulu disini hargai authornya dan aku yang ngepostnya..oke..#####
 
Kami berakhir dalan posisi berpelukan. Kakinya menindih kakiku sementara tangannya hinggap di pinggulku. Aku sendiri meletakkan kepalaku di lengannya. Posisi ini memudahkanku untuk mendengar suara debaran jantungnya yang menurutku sangat indah.
“Gomawoyo,” kata Donghae sembari mencium keningku.
“Ne, cheonmaneyo,” jawabku lirih.
“Kau tidak menyesalinya, kan?”
“Menurutmu?”
“Menurutku kau menikmatinya,” ujarnya nakal.
“Kalau begitu tetaplah bertahan dengan kesimpulanmu,” aku menjawab dengan malu-malu. “Kau sudah sering melakukan ini sebelumnya?” tanyaku penasaran.
“Bohong kalau kubilang belum. Tidak sering, tapi pernah. Aku ini namja, Hyesa-ah. Dalam kurun waktu tertentu, kami butuh penyaluran.”
Pantas saja dia terlihat tidak begitu canggung dengan lekuk tubuh wanita. Aku sedikit kecewa dengan jawabannya, tapi kuhargai kejujurannya padaku.
“Padahal ini adalah pertama kalinya untukku. Jadi aku mendapatkan barang bekas sementara kau mendapatkan barang baru, begitu?” ujarku pura-pura merajuk.
Dia kembali mencium keningku dengan lembut. Senyumnya tak hilang, dan aku tahu bahwa senyum itulah yang akan membuatku jatuh cinta padanya lagi dan lagi.
“Sekarang bisakah kau menjelaskan perkataanmu di meja makan tadi? Apa maksudmu dengan kau-mencintaiku-sejak-dulu? Itu bukan kebohongan yang sengaja kau ciptakan agar aku menyerahkan diri padamu, kan?”
“Kau sudah terlalu banyak bicara, Nyonya Lee. Sekarang tidurlah, besok akan kuceritakan semua padamu,” ujarnya seraya menarik selimut yang memang tidak menutupi tubuh kami dengan seharusnya.
Aku ingin bertanya lagi, tapi ciuman singkatnya di bibirku berhasil membungkamku.
“Mimpikan aku,” katanya sambil memejamkan mata dan mengeratkan pelukannya di tubuhku.
Akupun mengikutinya. Sekuat tenaga aku berusaha memejamkan mata meski jantungku belum mau berhenti berdegup kencang. Entah karena ucapan Donghae atau karena perbuatannya. Bisa juga karena keduanya. Andai aku punya riwayat penyakit jantung, mungkin aku sudah mati sejak tadi. Terima kasih kepada siapapun yang membuatku tidak perlu merasakan hal itu sehingga aku bisa menikmati malam ini.
# # #
Aku terbangun keesokan harinya ketika kurasakan sinar matahari menembus retina mataku. Sedikit berat, kucoba membuka mata.
“Selamat pagi, Nyonya Lee,” ucap sebuah suara.
Aku tersenyum dan membalas salamnya, sementara tubuhku menggeliat malas dan mataku masih sangat ingin terpejam.
Tiba-tiba kurasakan bibirnya hinggap di kelopak mataku, kiri dan kanan.
“Itu morning kiss dariku.”
Aku kembali tersenyum. Perlahan kubuka mataku. Kudapati dirinya sudah sangat rapi dalam busana casual yang membuatnya terlihat sangat tampan.
“Teh?” ujarnya seraya mengangkat secangkir  minuman kecoklatan di depanku. “Tanpa obat perangsang,” tambahnya.
Mau tak mau tawaku meledak mendengar ucapannya barusan. Segera kuambil cangkir di tangannya dan menyesap habis isinya dalam waktu singkat.
“Wow, sepertinya kau haus.”
“Ne, gara-gara perbuatanmu,” jawabku manja.
Dia hanya terkekeh mendengar ucapanku.
“Darimana kau mendapatkan bajumu? Bukankah di lemari hanya ada baju tidur yang sudah kau robek semalam?”
“Wae? Kau tidak suka melihatku berpakaian? Aku bisa membukanya sekarang juga kalau kau mau,” katanya sembari mengerling nakal. Aku tahu mukaku sudah memerah sekarang, tapi tanganku masih sempat kulayangkan untuk memukul pelan dadanya yang bidang.
Dia tertawa akibat ulahku, lalu berkata, “Orang tua kita dan adikmu yang membawakannya. Bajumu juga ada.”
“Mwo? Mereka ada di sini?”
“Ne. Tadi pagi-pagi sekali mereka ke mari. Sekarang kuyakin mereka sedang menguping di balik pintu.”
Mataku melebar mendengar penjelasan Donghae. Lebih lagi ketika kudengar celetukan dari luar.
“Eonni, bagaimana teh buatanku?” Suara adikku.
“Yak! Hyesa-ah! Kau akan memberikan eomma cucu secepatnya, kan?” Suara ibu mertuaku.
“Hyesa-ah… Lingerie yang eomma berikan apakah masih utuh?” Suara ibuku.
“Appa bisa mendengar suara tangisan bayi dari sini.” Suara ayahku.
Detik selanjutnya kudengar mereka tertawa serempak dalam satu ketukan. Para ibu juga ikut berpartisipasi menyumbang suara tawa, meski tawa appa dan adikku lebih mendominasi.
Aku ingin marah, tapi rasa maluku lebih dulu merajalela. Mukaku memanas dan kuyakin pasti sudah sangat merah saat ini.
“Kita seharusnya berterima kasih pada mereka. Kalau bukan karena mereka, mungkin aku belum bisa memenangkan hatimu.”
Kualihkan pandanganku ke arah Donghae yang juga terlihat malu-malu. “Kau belum menjawab pertanyaanku semalam, Hae-ya.”
Dia cuma tersenyum tipis sembari menunjukkan sebuah foto padaku. Aku mengamatinya dengan seksama. Seorang gadis berambut sebahu dalam balutan seragam sekolah menengah. Sepertinya foto ini diambil diam-diam, karena yang tampak hanya bagian punggung gadis itu.
“Nugu?”
“Neo.”
“Mwo?”
“Itu jawaban atas pertanyaanmu semalam.”
Aku terdiam, berusaha mencerna kata-kata Donghae.
“Aku mengenalmu sejak kita masih di jenjang sekolah menengah, Hyesa-ah. Mungkin kau tidak sadar kalau sejak lama aku selalu ada di dekatmu, mengintaimu, mencintaimu. Berkali-kali aku berusaha mendekatimu, tapi kau selalu bersikap tak peduli pada semua namja yang mendekatimu. Jadi kuputuskan untuk tetap mengamatimu dari jauh. Lalu kita tumbuh menjadi dua orang yang lebih dewasa dan memasuki usia pantas menikah. Kau sudah menjadi wanita karier dan akupun sudah sukses dengan usaha yang kurintis, maka kudesak orang tuaku untuk menikahkan kita. Sejujurnya kita tidak benar-benar dijodohkan, Hyesa-ah. Aku sudah melamarmu pada orang tuamu jauh sebelum pertemuan kita di acara perjodohan waktu itu. Inilah jawabanku atas pertanyaanmu semalam.”
Tanpa bisa kucegah, tanganku melingkar erat di lehernya. Tidak kupedulikan selimut yang melorot dan membuat tubuh bagian atasku jadi naked. Aku hanya ingin melakukan ini. Bukankah sangat manis mengetahui bahwa ada orang yang begitu mengiginkanmu?
“Kau memberiku alasan untuk menyukai kata saranghae. Karena ada namamu di dalamnya. Sarang.  Hae. Bukankah itu sangat bagus? Saranghae,” ucapku masih dengan tangan melingkar di lehernya.
“Nado saranghae, Nyonya Lee.”
-THE END-
So, what do you guys think? Not as hot as you hope? Mianhae kalo kurang memuaskan dan banyak typo. Aku cuma berusaha sesopan mungkin. Tapi pesannya nyampe, kan? Adegannya kebayang, kan? Hehheeh… Akhir kata, aku tunggu komennya. Mau nge-bash juga aku terima kok ^^v